Friday, March 6, 2015

Shalat VS Meditasi

Di masa-masa galau, saya sering ikut pelatihan pengembangan diri termasuk yang berbasis spiritual. Beberapa di antaranya yang pernah saya ikuti tersebut menggunakan meditasi sebagai media untuk memasuki keheningan, mencapai kedamaian, dan konon dalam keheningan itulah keajaiban terjadi.

Secara teori memang masuk akal, karena pikiran kita terlalu sibuk dengan berbagai urusan, dan jarang sekali kita masuk dalam keheningan, mengistirahatkan pikiran, dan memasuki kedamaian. Meditasi sepertinya adalah solusi dari berbagai permasalahan dunia, karena memasuki keheningan, memasuki saat ini, membuat kecemasan akan masa depan seolah sirna, dan kenangan buruk tentang masa lalu pun tak ada di sana.

Tetapi seiring waktu saya jadi galau sendiri, kok meditasi terasa lebih tenang daripada sholat? Kenapa saya bisa lebih hening dan khusyuk saat meditasi? Sedangkan saat sholat pikiran tetap kemana-mana? Kenapa saya jadi lebih menyukai meditasi daripada sholat?

Setelah itu saya pun mendapatkan fakta mengejutkan bahwa guru spiritual saya dalam pelatihan pengembangan diri yang saya ikuti itu ternyata beragama Islam pun tapi tidak sholat, dia lebih rajin meditasi, bahkan ketika ditanya kenapa tidak sholat, dia bilang karena sholat itu harus ikhlas, jadi kalau gak ikhlas ya jangan sholat dulu. Bahkan senior grup spiritual yang saya ikuti itu bilang bahwa Rasulullah Saw juga melakukan meditasi waktu di Gua Hira.

Hmm...saya mulai mencium ada yang gak beres. Saya mulai galau di antara ajaran Islam dan pengembangan diri karena seharusnya sholat itu memberikan ketenangan, baik saat sedang melakukan sholat maupun setelah melaksanakan sholat.

Tapi kenapa kok sholat rasanya gak tenang? Saya mulai menyelidiki, jangan-jangan karena sholat itu ada bacaannya makanya jadi gak khusyuk? Kalo meditasi kan bener-bener hening gak baca apa-apa, tapi ada juga kok meditasi yang pake mantra tertentu dan keliatannya mereka khusyuk-khusyuk aja.

Tapi setelah membaca tulisan Abu Sangkan tentang Sholat adalah meditasi tertinggi, saya pun mulai merenung. Oke, saya kurang setuju kalo sholat dibilang meditasi, karena meditasi itu identik dengan ritual agama lain. Sholat ya sholat, meditasi ya meditasi.

Lalu suatu hari saya ikutan tausiyahnya Agus Mustofa, dan di tengah-tengah tausiahnya beliau mengatakan bahwa saat kita sholat, maka tinggalkanlah segala urusan dunia di belakang, intinya fokus sama Allah saja. Buat saya itu benar-benar jleb. Karena biasanya saat kita mau sholat, belum apa-apa kita sudah membawa segala macam urusan dunia di pikiran kita, gak terpikir sedikitpun untuk tinggalkan dulu semua itu di belakang, karena saat kita sholat kita menghadap Allah, dan hanya fokus sama Allah.

Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa sholat itu sebenarnya lebih dahsyat dari meditasi. Pertama karena kita bukan memasuki keheningan, tetapi menghadap Allah. Kedua karena kita membaca doa dalam keheningan, dan itu jelas jauh lebih berpahala. Ketiga, karena sholat itu adalah hal pertama yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Artinya sholat itu begitu powerfulnya sampai akan ditanya pertama kali, karena sholat itu seharusnya bisa mencegah perbuatan keji dan munkar, dan kalau perilaku kita gak berubah atau makin buruk meskipun kita rajin sholat, artinya sholat kita belum bener.

Ada sih yang berpendapat untuk menggabungkan sholat dan meditasi. Sholat jalan, meditasi jalan, tapi ya itu pilihan. Saya juga gak mau ngejudge teman-teman muslim yang rajin meditasi, karena tiap orang punya keyakinan masing-masing. Saya sendiri gak ngerasa yang paling benar, karena belum tentu saya lebih mulia daripada orang lain yang saya tuduh sesat.

Tetapi bagi saya pribadi mencapai ketenangan itu seharusnya bisa didapat ketika kita senantiasa mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupan kita.

Wallahu a'lam bishawab.  

Wednesday, March 4, 2015

Ajaran Islam Dan Pengembangan Diri

Sebagai muslim maka kita harus hidup berdasarkan petunjuk Al Quran dan hadits, karena semua petunjuk hidup untuk keselamatan dunia akhirat ada di situ, lengkap dari A sampai Z, dari lahir sampai mati.

Tapi kalau melihat fakta yang ada antara ajaran Islam dan pengembangan diri, kadang saya mikir, kenapa pelatihan-pelatihan pengembangan diri semahal apapun tetap laku? Sedangkan pengajian meskipun gratis malah kurang diminati?

Kenapa orang begitu antusias dengan motivasi tetapi ketika dikasih hadits atau ayat Al Quran malah biasa-biasa aja menanggapinya?

Kenapa wisata ke luar negeri begitu mudahnya mengeluarkan uang puluhan juta tetapi ditawari Paket Umroh Hemat aja mikir ntar dulu?

Apakah ada yang salah dengan ajaran Islam? Tidak mungkin, karena ilmu-ilmu pengembangan diri pun diambil dari intisari ajaran agama, hanya saja diungkapkan dengan gaya berbeda. Bahkan yang berpotensi menyesatkan pun ada, karena hanya mengandalkan kekuatan pikiran tanpa melibatkan Allah di sana.

Maka sebenarnya sah-sah saja kita ikut pelatihan pengembangan diri asal nantinya kita kembalikan pada Al Quran dan Hadits. Cross check tentang hal-hal yang berasal dari Islam, dan hal-hal yang berpotensi menyesatkan. Karena bagaimanapun juga semua petunjuk untuk kesuksesan dunia akhirat sudah ada di ajaran Islam. Seandainya kita benar-benar paham dan mengaplikasikan semua ilmu Al Quran dan sunnah, maka niscaya kita tidak akan perlu lagi ikut pelatihan-pelatihan pengembangan diri yang mahal.

Contoh paling sederhana dari ilmu sukses ala Al Quran dan Hadits adalah sedekah dan silaturahmi, hubungan baik dengan sesama manusia dan tentunya hubungan baik dengan Allah, menjalankan perintahNya menjauhi laranganNya.

Simple kan? Tapi prakteknya sering kita buat ribet, karena kitanya yang belum sadar karena belum paham.

Jadi silahkan padukan saja pengembangan diri dan ajaran Islam, ambil yang baik buang yang buruk, dan semoga ilmu pengembangan diri yang kita pelajari itu membuat kita makin dekat padaNya, makin sadar dengan kebesaran Allah dan makin membuat kita terus memperbaiki diri untuk menggapai ridhaNya.

Jadi mulai sekarang saya rasa kita harus belajar untuk menentukan. Misalnya, mana yang akan kita pilih kalau ada yang menawarkan program Boot camp "Life Changing" seharga 6 juta rupiah untuk 3 hari, dan yang menawarkan program Muhasabah selama 3 hari dengan biaya seikhlasnya?

Dan kalau ada yang menawarkan paket jalan-jalan keliling Eropa murah dan yang menawarkan Paket Umroh Murah kira-kira kita pilih yang mana?

Mungkin kalau ada opsi ketiga, mending pilih paket umroh murah plus jalan-jalan keliling Eropa saja ya? Hehehe.